Pasangan Terbaikmu Bukan yang Nanya “Udah Makan Belum?”, Tapi “Udah Puasa Belum?”

Pasangan Terbaikmu Bukan yang Nanya “Udah Makan Belum?”, Tapi “Udah Puasa Belum?”

~Di dunia yang serba cepat, perhatian sering muncul dalam bentuk paling simpel.
Salah satu yang paling populer—dan sering dianggap romantis—adalah: “Udah makan belum?” Lucu, manis, perhatian.
Tapi... hanya menyentuh lapisan paling luar dari keberadaan kita: tubuh fisik.
Yang lapar, haus, dan pengin cepat-cepat dipuaskan.

Tapi pernah nggak kamu dengar,
dari seseorang—atau sesuatu—pertanyaan yang lain: Hari ini kamu udah puasa belum?” Terdengar lebih serius. Lebih dalam.
Mungkin bahkan bukan dari mulut pasanganmu, tapi dari dalam dirimu sendiri.

Puasa Itu Bukan Sekadar Menahan, Tapi Membuka

Puasa bukan cuma tentang tidak makan dan minum.
Ia adalah bentuk lain dari menyadari:
bahwa kita terlalu penuh.

Terlalu banyak yang masuk, terlalu banyak yang kita kejar.
Dan di tengah semua itu, kita jarang memberi ruang bagi diri untuk berhenti, bernapas, atau sekadar menengok ke dalam.

Ketika kamu mulai puasa—dalam bentuk apa pun—
kamu mulai bersih-bersih ruang batinmu. Seperti menyapu rumah. Membuka jendela. Membiarkan cahaya masuk.

Kamu jadi tahu: mana yang benar-benar kamu butuhkan,
dan mana yang cuma jadi tumpukan tidak penting.

Kita Ini Bukan Perabotan. Kita Ini Ruang.

Coba duduk diam, pejamkan mata, dan rasakan dirimu sendiri.

Betapa ramai isi kepala.
Betapa sibuknya isi hati.
Seperti rumah yang dipenuhi terlalu banyak barang. Tapi kamu bukan barang-barang itu.
Kamu adalah ruangnya. Dan ruang yang baik bukan yang penuh.
Tapi yang lapang. Yang bersih. Yang punya jendela terbuka dan udara segar masuk.

Puasa membantumu sampai ke titik itu.
Bukan untuk membuatmu "lebih suci", tapi untuk membuatmu sadar:
bahwa kamu tidak harus selalu diisi.
Kadang kamu hanya perlu diingatkan bahwa kamu saja sudah cukup.

Halaman

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index