Studi Membuktikan, Pria Lebih Rentan Meninggal Karena Patah Hati

Studi Membuktikan, Pria Lebih Rentan Meninggal Karena Patah Hati
ILUSTRASI

Sindrom Patah Hati Bisa Lebih Mematikan bagi Pria, Studi Terbaru Ungkap Fakta Mengejutkan

Meski terdengar seperti metafora, "sindrom patah hati" atau secara medis dikenal sebagai takotsubo cardiomyopathy (TC), adalah kondisi serius yang berdampak langsung pada kesehatan jantung. 

Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa pria ternyata memiliki risiko kematian dua kali lebih tinggi akibat kondisi ini dibandingkan wanita. Temuan ini mengejutkan banyak ahli, mengingat TC selama ini lebih banyak ditemukan pada pasien wanita.

Takotsubo cardiomyopathy merupakan kondisi jantung sementara yang dipicu oleh lonjakan hormon stres, biasanya akibat pengalaman emosional atau fisik yang ekstrem seperti kehilangan orang tercinta, kecelakaan, atau operasi besar. 

Meski 80% kasus ditemukan pada wanita, studi yang menganalisis hampir 200.000 pasien antara tahun 2016 hingga 2020 menunjukkan bahwa pria yang mengalaminya memiliki tingkat kematian lebih tinggi, yakni 11,2% dibandingkan 5,5% pada wanita.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the American Heart Association ini juga mencatat bahwa tingkat kematian akibat TC tidak menunjukkan penurunan dalam kurun waktu lima tahun terakhir, meskipun perawatan medis terus berkembang. 

Hal ini menandakan bahwa masih banyak aspek dari TC yang belum dipahami sepenuhnya, termasuk alasan di balik perbedaan tingkat kematian berdasarkan jenis kelamin.

Studi ini juga menyoroti beberapa komplikasi umum yang menyertai TC, seperti gagal jantung kongestif (36%), fibrilasi atrium (21%), syok kardiogenik (7%), dan stroke (5%). Selain itu, pasien TC tercatat memiliki risiko kematian hampir tiga kali lipat lebih tinggi dibanding pasien jantung lainnya.

Salah satu faktor yang mungkin memengaruhi buruknya hasil pada pasien pria adalah anggapan bahwa TC merupakan “penyakit wanita.” Hal ini bisa menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis dan penanganan pada pria, karena gejala yang mereka alami mungkin tidak langsung dikenali sebagai TC oleh tenaga medis.

Walaupun TC bersifat sementara dan mayoritas pasien bisa pulih dalam waktu dua bulan, penyakit ini tetap perlu diwaspadai karena dapat menyerang secara tiba-tiba tanpa gejala awal yang jelas. Gejala umumnya menyerupai serangan jantung, meliputi nyeri dada mendadak, sesak napas, keringat dingin, palpitasi, dan pusing.

Dalam praktik medis, diagnosis TC biasanya dilakukan dengan mengecualikan penyumbatan arteri koroner menggunakan angiogram, lalu dilanjutkan dengan echocardiogram untuk mendeteksi kelainan pada ventrikel kiri jantung. 

Penelitian menunjukkan bahwa lonjakan hormon stres seperti norepinefrin dan epinefrin saat mengalami guncangan emosional atau fisik diduga menjadi pemicu utama TC.

Sayangnya, hingga kini belum ada cara pasti untuk mencegah sindrom patah hati ini. Para ahli masih berupaya mencari tahu siapa yang paling rentan terkena, serta apa yang menyebabkan sebagian pasien mengalami bentuk TC yang lebih berat.

Dengan angka kematian yang mengkhawatirkan, terutama pada pasien pria, sindrom patah hati bukan lagi sekadar istilah puitis, tetapi kondisi medis serius yang memerlukan perhatian dan riset lanjutan.

Alone Man Wallpapers - Top Free Alone Man Backgrounds - WallpaperAccess
Ilustrasi

Jika Anda mengalami gejala seperti nyeri dada atau sesak napas setelah kejadian emosional yang berat, segeralah konsultasikan ke dokter. Kesehatan jantung bukan hanya soal fisik, tetapi juga berkaitan erat dengan emosi kita.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index