VLOOD.ID, TEMBILAHAN - Pernahkah kamu merasa bahwa semakin kamu mengejar sesuatu—baik cinta, karier, atau kekayaan—semakin sulit hal tersebut kamu dapatkan? Aneh memang. Saat kamu serakah dalam trading, emosi jadi tak stabil dan hasilnya malah kerugian. Bahkan, ketika kamu terlalu berharap naik jabatan, yang terjadi justru stagnasi atau bahkan pemecatan.
Fenomena ini ternyata bukan sekadar perasaan. Banyak tokoh agama dan filsafat dari berbagai zaman telah menyampaikan hal serupa. Bahwa ketika kita terlalu melekat pada keinginan dan ambisi, realitas justru seolah menjauhi kita.
Kekuatan dari Tidak Mengharapkan Apa-Apa
Mungkin terdengar kontradiktif, tapi banyak ajaran kuno mengajarkan konsep yang sama: “needing nothing attracts everything”. Bahwa ketika kita tidak terobsesi dengan hasil, justru kehidupan mulai menghadirkan hal-hal terbaik dalam jalannya sendiri.
Bukan berarti kita menjadi pasif atau menyerah. Sebaliknya, ini tentang melepaskan keterikatan emosional dan ego terhadap apa yang kita kejar. Ini tentang berjalan, bekerja, dan berusaha dengan penuh kesadaran, tanpa tekanan obsesif akan hasil.
Kisah Oasis dan Kesadaran Diri
Bayangkan dirimu berada di tengah gurun, kehausan, dan melihat oasis di kejauhan. Kamu berlari sekuat tenaga ke arah sana, tapi oasis itu malah semakin menjauh. Sampai akhirnya kamu menyerah dan duduk—baru sadar bahwa tepat di sebelahmu ada sumber air kecil yang nyata. Selama ini kamu terlalu sibuk mengejar yang ilusi, tanpa menyadari apa yang sebenarnya tersedia di sekitar.
Cerita ini adalah metafora kuat untuk hidup kita. Kadang, kita terjebak dalam ambisi dan lupa melihat peluang nyata yang ada di sekitar kita.
Mengapa Kita Merasa Selalu Kurang?
Secara psikologis, fenomena ini dikenal sebagai upward social comparison—kita terlalu sering membandingkan diri dengan orang yang lebih "sukses". Efeknya? Kita merasa tidak pernah cukup. Kita iri, cemas, dan merasa tertinggal.
Padahal, saat kita berhenti membandingkan dan mulai bersyukur, perspektif kita berubah. Kita mulai sadar bahwa hidup kita mungkin tidak sempurna, tapi masih lebih baik dari banyak orang lain di dunia ini. Ini bukan ajakan untuk puas diri, melainkan untuk lebih sadar dan tenang menjalani hidup.
Latihan Kesadaran untuk Melepaskan Ambisi Berlebihan
Untuk menerapkan prinsip “needing nothing” dalam kehidupan sehari-hari, kamu bisa mulai dengan bertanya tiga hal kepada dirimu:
- Apa ekspektasi atau ambisi yang kamu genggam terlalu erat?
Apakah itu rumah di usia 30? Menikah di usia tertentu? Promosi dalam waktu cepat? Coba lepaskan. Rasakan bagaimana ringan rasanya saat kamu berhenti menuntut segalanya berjalan sesuai keinginanmu. - Ruang apa yang tercipta setelah kamu melepaskan ekspektasi itu?
Mungkin muncul ruang untuk kedamaian, ide-ide baru, hubungan yang sehat, atau bahkan peluang yang tak pernah kamu sadari sebelumnya. - Di area mana dalam hidupmu kamu bisa tetap bergerak maju, tanpa ambisi berlebihan?
Coba identifikasi satu hal kecil. Mungkin belajar 30 menit setiap hari, menonton video edukatif, atau memperbaiki komunikasi dengan orang terdekat. Hal-hal kecil seperti ini bisa menciptakan efek besar jika dilakukan konsisten.

Keseimbangan Antara Usaha dan Melepaskan
Konsep “needing nothing attracts everything” bukanlah ajakan untuk berhenti berusaha. Justru sebaliknya. Ini adalah ajakan untuk hidup dengan lebih sadar—bekerja keras, namun tanpa terikat pada hasil. Memberi ruang pada semesta dan Tuhan untuk ikut bekerja dalam hidupmu.
Sering kali, yang kita cari sebenarnya sudah ada di sekitar kita. Kita hanya terlalu sibuk mengejar ke depan hingga lupa menengok kiri, kanan, atau ke dalam diri sendiri. Dengan melepaskan keterikatan, kamu membuka pintu menuju kelimpahan yang sesungguhnya—baik dalam karier, cinta, maupun ketenangan batin.