VLOOD.ID, TEMBILAHAN - Kesehatan mental sering jadi topik yang bikin perdebatan seru. Di satu sisi, banyak yang merasa mental health itu krusial—apa-apa dikaitkan dengan stres, burnout, hingga healing. Tapi di sisi lain, ada juga yang menganggapnya nggak terlalu penting, bahkan cenderung meremehkan. Jadi, mana yang benar? Apakah kita harus sepenuhnya fokus menjaga kesehatan mental, atau justru ada hal lain yang lebih esensial?
Dua Kelompok, Dua Pandangan
Ada dua kutub ekstrem: pertama, mereka yang sangat peduli pada mental health, yang merasa hidup harus bebas dari stres sekecil apapun. Healing jadi senjata utama mereka, bahkan kadang dijadikan alasan untuk tidak berusaha lebih keras. Di sisi lain, ada kelompok yang begitu tangguh hingga mengabaikan kesehatan mentalnya sendiri. Mereka bekerja seperti mesin tanpa henti, mengejar produktivitas, dan menganggap kelelahan adalah bagian dari hidup.
Kedua pandangan ini punya kelebihan dan kekurangan. Yang satu rentan menyerah, yang lainnya bisa berujung burnout. Maka, kuncinya bukan pada memilih salah satu ekstrem, tapi memahami keseimbangan yang realistis.
World-Life Balance: Kunci Produktivitas & Kesehatan Mental
Salah satu cara paling realistis untuk menjaga kesehatan mental tanpa berlebihan adalah dengan membangun world-life balance. Artinya, hidup nggak cuma fokus kerja, tapi juga ada waktu untuk istirahat, relasi sosial, dan aktivitas yang menyenangkan. Kalau kita sudah bisa mengatur waktu dan energi dengan baik, otomatis mental health pun akan lebih stabil.
Faktanya, kalau kamu sudah:
- Punya penghasilan tetap
- Olahraga rutin
- Punya hubungan sosial yang sehat
- Punya pekerjaan yang sesuai passion
...kemungkinan besar kamu nggak akan terlalu bermasalah dengan kesehatan mental. Artinya, kamu nggak perlu terlalu fokus “merawat” mental health karena hidupmu sudah sehat secara menyeluruh.
Kurikulum Kehidupan: Level 1 – Bertahan Hidup
Sebelum sibuk mikirin mental health, penting untuk menguasai Level 1: Survival. Ini adalah fondasi kehidupan yang realistis:
- Keuangan Stabil: Cashflow positif sangat penting. Banyak masalah mental muncul karena kondisi finansial yang kacau.
- Kecerdasan Dasar & Pola Pikir Efektif: Kamu butuh kemampuan berpikir logis dan terarah. Kalau tiap hari konsumsi konten nggak berkualitas, ya bakal susah juga mikir jernih.
- Infrastruktur: Smartphone, laptop, internet—semua ini penting untuk mendukung produktivitas. Tanpa alat kerja yang memadai, stres bisa muncul.
- Relasi Sehat: Punya support system dari teman atau keluarga penting banget untuk tempat pulang ketika sedang lelah.
- Etika & Penampilan: Paham cara berperilaku dan berpakaian sesuai standar sosial juga memengaruhi penerimaan sosial yang bisa berdampak ke mental.
Dalam lima aspek ini, kesehatan mental nggak disebutkan secara langsung. Tapi semuanya berpengaruh besar terhadap stabilitas mental.
Level 2 – Manajemen Risiko
Kalau kamu sudah lulus dari Level 1, saatnya naik ke Level 2: Mengelola Risiko, agar nggak gampang jatuh secara mental:
- Dana Darurat & Proteksi Finansial
- Asuransi atau BPJS Kesehatan
- Kesehatan Fisik Optimal (tidur, makan, olahraga)
- Keamanan Digital dan Reputasi Sosial Online
Banyak orang belum mencapai level ini, padahal risiko-risiko tersebut punya efek domino ke mental. Kalau kamu sudah di level ini, kamu akan lebih siap menghadapi tekanan hidup tanpa langsung “drop”.
Level 3 – Pilih Gaya Hidup yang Bermakna
Level berikutnya bukan soal bertahan, tapi tentang hidup yang berarti. Di sini kamu mulai mempertimbangkan:
- Karir sesuai passion
- Hubungan yang mendalam
- Memberi dampak bagi lingkungan sekitar
Di level ini, barulah mental health bisa menjadi fokus khusus. Tapi tetap, bukan jadi satu-satunya indikator hidup yang baik.
Evaluasi Pola Hidup, Bukan Sekadar Emosi
Kesehatan mental bukan tentang merasa bahagia terus, atau hidup tanpa stres. Tapi tentang seberapa baik kamu mengenali tubuh dan pikiranmu. Saat stres melanda, jangan langsung menganggap kamu lemah atau sebaliknya mengabaikannya. Evaluasi dulu.
Contoh:
- Kurang tidur? Perbaiki pola tidurmu.
- Sering marah tanpa sebab? Mungkin butuh relaksasi atau detoks sosial.
- Merasa nggak semangat terus? Mungkin perlu ganti rutinitas atau cari bantuan profesional.
Jangan Takut Konsultasi, Jangan Terlalu Cepat Healing
Kalau setelah dua minggu kamu merasa kondisi mental makin memburuk, jangan ragu konsultasi ke psikolog atau psikiater. Bisa jadi kamu butuh terapi, atau sekadar tempat bercerita yang netral dan tidak menghakimi.
Mental health itu penting—tapi bukan satu-satunya hal penting dalam hidup. Justru dengan memperhatikan pola hidup yang realistis dan menyeluruh, kamu bisa menjaga mental secara alami dan berkelanjutan.
Fokus Pada Kehidupan yang Seimbang
Daripada terus memperdebatkan apakah kesehatan mental itu penting atau nggak, lebih baik kamu evaluasi gaya hidupmu saat ini. Kalau pola hidupmu sudah sehat, maka mental health akan mengikuti. Tapi kalau kamu mulai merasa terganggu secara emosional, jangan anggap remeh. Waktunya mencari bantuan.
Karena hidup bukan soal bahagia terus, tapi soal bisa menghadapi apapun dengan realistis dan bijak.