Menurut penelitian dari Dr. Geri Puleo, ada 10 penyebab burnout yang paling umum, di antaranya:
- Atasan yang tidak mendukung atau tidak kompeten
- Lingkungan kerja yang tidak menghargai atau memanusiakan karyawan
- Rekan kerja yang bermasalah atau toxic
- Politik kantor yang melelahkan
- Gaji yang tidak sesuai dengan beban kerja
- Investasi waktu dan energi yang terasa sia-sia
- Beban kerja berlebihan tanpa jeda
- Komunikasi internal yang buruk
- Tuntutan klien yang tidak etis atau tidak realistis
- Tidak adanya visi, target, atau tujuan yang jelas
Dari daftar ini, penyebab paling signifikan biasanya berasal dari kombinasi beberapa faktor di atas, bukan hanya satu saja.
Menariknya, burnout tidak selalu terjadi saat seseorang berada dalam masa sulit. Banyak kasus burnout justru muncul saat hidup sedang stabil: keuangan cukup, hubungan sosial harmonis, pekerjaan lancar, dan tubuh dalam kondisi sehat. Hal ini bisa terjadi karena hilangnya arah hidup atau tujuan baru.
Secara psikologis, manusia butuh sesuatu untuk dikejar. Tanpa tujuan, rasa puas bisa berubah menjadi kehampaan. Ketika seseorang tidak lagi tahu apa yang ingin dicapai, maka energi batin mereka bisa menurun drastis—dan di sinilah burnout mulai terbentuk.
Burnout berkembang secara bertahap dan tidak selalu disadari sejak awal. Tahapan umumnya adalah sebagai berikut:
- Frustasi: merasa lelah atau kecewa tapi tetap bisa bekerja
- Marah dan kecewa: mulai muncul kemarahan terpendam
- Apatis: tidak peduli lagi dengan hasil kerja
- Kelelahan kronis: kehilangan energi, minat, dan tujuan hidup
Jika tidak ditangani, burnout bisa menyebabkan gangguan fisik dan mental, termasuk:
- Sulit tidur
- Gangguan konsentrasi
- Kecemasan dan depresi
- Sakit kepala atau nyeri otot kronis
- Penurunan imunitas tubuh
Banyak orang berpikir bahwa berhenti bekerja atau resign adalah solusi dari burnout. Sayangnya, langkah ini tidak selalu efektif, apalagi jika keputusan diambil dalam kondisi emosional yang tidak stabil. Dalam banyak kasus, keputusan tergesa-gesa justru memperburuk keadaan.
Langkah paling tepat untuk mengatasi burnout adalah dengan:
- Mengenali dan menerima kondisi bahwa diri sedang burnout
- Mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau terapis
- Mencari kembali tujuan hidup yang bermakna
- Beristirahat secara berkualitas, bukan sekadar liburan
- Mengurangi ekspektasi berlebihan terhadap diri sendiri
- Memperbaiki lingkungan kerja atau sosial yang toksik
Menurut Dr. Puleo, rata-rata waktu pemulihan burnout bisa mencapai dua tahun, tergantung tingkat keparahannya dan bagaimana dukungan lingkungan sekitar.