Bangun Bahteramu Sendiri

Bangun Bahteramu Sendiri

Bahtera Hari Ini: Struktur Jiwa yang Bertahan

Bahteramu hari ini mungkin bukan dari kayu,
tapi bisa jadi:

Rutinitas spiritual yang tidak tergoyahkan oleh algoritma.

Komunitas kecil yang saling meneguhkan di tengah hiruk-pikuk global.

Ruang pribadi yang bebas dari racun digital: opini, provokasi, dan distraksi.

Cara hidup yang lebih lambat, lebih sederhana, dan lebih sadar.

Karena ketika dunia panik, yang dibutuhkan bukan lari—tapi arah.
Ketika ombak datang, kamu tak perlu melawan setiap gelombang.
Cukup teguh di dalam kapal yang kamu bangun dengan kejelasan.
Dan ketika yang lain tenggelam, kamu tetap terapung—
bukan karena kamu menghindar, tapi karena kamu bersiap.

Sebagaimana doa Nabi Nuh saat berada di atas bahtera:

> "Dan apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas kapal, maka katakanlah: 'Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim.'"
(QS Al-Mu’minun: 28)

Hujan Belum Reda, Tapi Kamu Bisa Mulai

Ayat demi ayat dari kitab-kitab suci—baik yang diturunkan ribuan tahun lalu maupun yang terus dibaca hari ini—selalu mengingatkan kita satu pola:
Kekacauan akan datang. Tapi yang selamat bukan yang paling kuat,
melainkan yang paling jernih dan patuh dalam membangun tempat berpijak.

Bukan tugas kita untuk menghentikan badai.
Tugas kita adalah membangun bahtera—dan percaya bahwa badai pun akan berlalu.

Jadi, sebelum badai besar berikutnya datang—entah itu dalam bentuk krisis, kebijakan, atau hancurnya nilai-nilai—
bangun bahteramu sendiri.

Bukan untuk melarikan diri dari dunia.
Tapi agar kamu tetap hidup di dalamnya—tanpa hancur oleh arusnya.
 

Halaman

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index