Sains, yang dulu diandalkan sebagai cahaya rasional,
kini mulai menunjukkan wajah dinginnya:
membangun dunia algoritma,
mengubah manusia menjadi sekadar data dalam sistem.
Di bawah slogan "kemajuan", manusia dilacak, dikendalikan, dipetakan.
Hidup menjadi grafik statistik,
bukan lagi perjalanan jiwa.
Materialisme Juga Membusuk
Di tengah dunia yang makin mekanis,
materialisme menjadi candu baru.
Orang bekerja keras siang dan malam,
tapi tetap merasa kosong.
Bukan karena kurang usaha,
tapi karena sistem menuntut pembayaran lebih besar: harga diri dan nilai-nilai pribadi.
Hari ini, bahkan untuk sekadar berumah tangga,
cinta dan sakinah bukan lagi ukuran.
Yang dinilai adalah saldo, aset, status sosial.
Pernikahan menjadi proyek kapitalisasi.
Percintaan menjadi transaksi.
Anak-anak lahir bukan ke dunia kasih,
tapi ke dunia tuntutan material dan ekspektasi kosong.
Generasi baru dibentuk bukan oleh kasih sayang,
tetapi oleh angka-angka dan prestasi semu.
Dan ketika harapan tidak terpenuhi,
mereka lari ke dunia maya —
meluapkan keluh kesah di TikTok,
berkecamuk dalam keputusasaan receh,
mencari validasi dari layar kaca yang dingin.
Siklus berulang,
dan luka makin dalam.