VLOOD.ID - Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan bahwa Rusia siap menyetujui gencatan senjata yang diusulkan oleh Amerika Serikat, namun dengan syarat ketat. Dalam konferensi pers pada 13 Maret, Putin menegaskan bahwa Ukraina tidak boleh memobilisasi atau melatih pasukan, serta tidak menerima bantuan militer selama masa gencatan senjata berlangsung.
“Ide itu sendiri bagus, dan kami mendukungnya, tetapi ada sejumlah masalah yang perlu didiskusikan,” kata Putin.
Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers bersama pemimpin Belarus Alexander Lukashenko, memperlihatkan bahwa Rusia masih mempertahankan tuntutan maksimalnya terhadap Ukraina.
Syarat Rusia: Ukraina Tidak Boleh Mobilisasi dan Terima Bantuan
Putin menekankan bahwa penghentian pertempuran harus disertai dengan solusi jangka panjang yang menyelesaikan akar permasalahan konflik. Pernyataannya mencerminkan keinginan Rusia untuk memaksa Kyiv memberikan konsesi, termasuk potensi penyerahan wilayah dan netralitas Ukraina.
“Rusia menginginkan jaminan bahwa Ukraina tidak akan memobilisasi atau melatih tentara, serta tidak menerima senjata selama gencatan senjata 30 hari,” ujar Putin.
Sementara itu, Ukraina sudah menyetujui proposal gencatan senjata selama 30 hari dalam perundingan di Jeddah pada 11 Maret, dengan catatan bahwa Rusia juga ikut serta dalam kesepakatan tersebut.
Kemajuan Rusia di Kursk Oblast dan Sikap Ukraina
Dalam kesempatan yang sama, Putin mengklaim bahwa pasukannya telah mencapai kemajuan signifikan di Kursk Oblast, dengan merebut kembali 86% wilayah yang sebelumnya direbut Ukraina, termasuk kota strategis Sudzha.
“Gencatan senjata akan menguntungkan Ukraina,” klaim Putin, merujuk pada pergerakan pasukan Rusia di kawasan tersebut.
Namun, Komandan Tertinggi Ukraina Oleksandr Syrskyi membantah klaim ini dan menegaskan bahwa pasukan Ukraina akan tetap mempertahankan wilayahnya.