Inhil Tertinggi, Ini Daerah Penyumbang Kematian Akibat DBD di Riau

Jumat, 16 Mei 2025 | 14:49:15 WIB
ILUSTRASI

VLOOD.ID - Musim pancaroba kembali membawa ancaman serius bagi masyarakat Riau. Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak awal tahun 2025, dengan angka kematian yang mengkhawatirkan. Hingga akhir April, sebanyak 1.471 kasus telah dilaporkan di 12 kabupaten/kota, dengan 17 korban jiwa.

Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) menjadi daerah dengan kasus kematian tertinggi, yakni 6 orang. Sementara itu, Kampar, Rokan Hulu (Rohul), dan Dumai masing-masing mencatatkan 3 kematian, serta Pekanbaru dan Siak masing-masing 1 korban.

“Kami turut prihatin atas kejadian ini. Data hingga 31 April menunjukkan adanya tren peningkatan yang perlu menjadi perhatian bersama,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Riau, drg. Sri Sadono Mulyanto, Kamis (15/5/2025).

Sri Sadono menekankan bahwa penyebaran virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti sangat berkaitan erat dengan kondisi lingkungan. Di banyak wilayah, sanitasi yang kurang baik menjadi pemicu utama berkembangnya jentik nyamuk.

“Masyarakat perlu lebih peduli menjaga kebersihan lingkungan. Upaya pencegahan perlu dilakukan sejak dini agar nyamuk tidak punya tempat berkembang biak,” tegasnya.

Sebagai langkah nyata, Dinas Kesehatan mengaktifkan kembali kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di berbagai wilayah. Para kader ini berperan penting dalam memantau tempat-tempat potensial jentik dan memberikan edukasi langsung kepada warga.

“Mereka adalah garda terdepan dalam upaya pencegahan. Kami sangat mengandalkan kerja sama masyarakat dan para kader untuk menekan penyebaran DBD,” jelasnya.

Pemantauan dilakukan di tempat-tempat rawan seperti bak mandi, vas bunga, tempat minum hewan peliharaan, hingga selokan yang jarang dibersihkan. Pemerintah juga terus menggencarkan kampanye gerakan 3M Plus: Menguras, Menutup, dan Mengubur barang bekas, ditambah penggunaan kelambu serta obat nyamuk.

“Pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan. Jangan menunggu ada yang jatuh sakit baru bertindak. Jaga lingkungan tetap bersih setiap hari,” imbau Sri Sadono.

Mengantisipasi lonjakan pasien, Dinas Kesehatan telah berkoordinasi dengan rumah sakit dan puskesmas agar siap siaga menangani kasus DBD dengan cepat dan tepat. Masyarakat yang mengalami gejala seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, sakit kepala berat, atau muncul bintik merah, diimbau segera ke fasilitas kesehatan terdekat.

“Deteksi dini sangat penting. Penanganan DBD membutuhkan kecepatan dan ketepatan,” tegasnya.

Sri Sadono juga mengajak seluruh elemen masyarakat—mulai dari pemerintah daerah, tokoh masyarakat, hingga RT/RW—untuk bersinergi menghadapi persoalan ini. “Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Kami butuh dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat agar wabah ini tidak meluas dan dapat kita kendalikan bersama,” tutupnya.

Tags

Terkini